Sebuah Impala hitam berhenti tepat di depan rumah
bercat putih. Seorang pemuda
berambut cokelat keemasan keluar
dari mobil dan mulai melangkah memasuki halaman rumah.Di kanan-kiri jalan masuk
rumah itu terhampar bermacam-macam tanaman bunga. Mata hiju pemuda itu menatap
tanaman mawar hitam di samping
kanannya. Ia ingat, tanamam itu sudah ada sejak ia kecil. Ibunya sendiri yang menanam
bunga itu. Pemuda itu melanjutkan langkahnya, dan duduk di sebuah kursi di
beranda rumah itu. Pemuda itu hanya diam disana.
Matahari mulai
condong ke arah barat. Langit yang semula berwarna biru cerah mulai berubah gelap. Sebuah sedan berwarna silver berhenti di belakang Impala hitam di depan rumah. Seorang pemuda
jangkung keluar dari mobil itu. Pemuda
yang mengenakan T-shirt hijau dan
jaket cokelat itu berjalan
menghampiri pemuda yang duduk di beranda rumah.
“Kau sudah lama
menunggu?” tanya pemuda jangkung itu.
“Tidak juga,”
sahut pemuda berambut cokelat keemasan.
“Kita pergi
sekarang?” tanya pemuda jangkung lagi.
Pemuda berambut cokelat kemasan hanya mengangguk
seraya bangkit berdiri. Mereka berdua berjalan bersama menuju mobil mereka
masing-masing, dan meluncur meninggalkan rumah bercat putih tersebut, menuju pemakaman tempat orang tua mereka
bersemayam.
By: Cepi R Dini
By: Cepi R Dini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar